Kopi di cangkir semakin dingin sementara aku masih sibuk memandangi jalanan basah di depan kafe ini. Aku tidak pernah tahu aku tengah menunggui apa. Aku tidak pernah mengerti hal terdalam seperti apa yang tengah aku tunggui. Yang aku tahu aku tengah membayangkan dirimu kembali padaku dan duduk di depanku, bersama-sama berbagi gelak tawa dalam dua cangkir kopi hangat.
Hari itu kamu
memintaku untuk selalu mengingatmu meski hanya sebentuk kilasan cahaya di
ingatanku. Hari terakhir kita bersua di mana kita berteduh di kafe ini selagi
menuggu hujan reda. Tidak ada perasaan terdalam selain perasaan ingin
memelukmu, tapi urung terjadi ketika kamu sudah melangkah mundur untuk
meninggalkanku. Aku terdiam dalam kesendirian dan kenestapaan.
Kamu tidak
pernah mengerti bahwa aku pernah ada di sini. Apakah salah bagiku untuk selalu
menunggu cintamu. Apakah salah hingga saat kau tak kembali, aku akan
mengenangmu di hati saja?
Aku terus
menanyai hujan yang semakin deras. Apakah mungkin kalian bersua di surga sana?
Dari pojok jalan
aku seakan melihatmu tengah berjalan goyah di bawah payung dengan sayap
tersamar di punggungmu.
Mungkinkah jika
aku bermimpi…
Salahkah tuk
menanti…
Ana Hening
(179 words) / Inspired by Peter Pan's Yang Terdalam
No comments:
Post a Comment