“Siapa itu?”
tanyaku kecil, menunjuk sebentuk foto di sebuah album usang.
Wanita tua itu
terdiam, dan dengan tangannya yang sudah kerut-kerut ia mengelus foto itu
lembut. Nampak setetes air mata di sudut matanya. Aku tak mampu berkata
apa-apa. Tak juga mataku ingin berkedip. Pasalnya, Oma nampak sangat sedih.
“Oma, kenapa Oma
menangis?” aku bertanya lagi.
“Belinda, kamu
tahu, siapa yang melahirkanmu?” Tanya Oma padaku.
Aku
menggelengkan kepala, “Belinda engga tau Oma.” Jawabku.
“Mungkin karena
Belinda masih lima tahun ya.” Bisik Oma.
“Memangnya siapa Oma?” Tanya Belinda lagi.
“Dia ini Bunda-mu,” Oma menunjuk foto itu lagi, “yang melahirkan Belinda.” Lanjut Oma.
“Dia sekarang
kemana?” Tanyaku. Aku belum pernah bertemu dengan Bunda itu. Sejak kecil aku
hanya bersama Oma.
“Bunda Belinda
sudah di surga.” Jawab Oma pendek.
---
Aku menangis
ketika mengingat percakapan berpuluh tahun lalu itu. Sekarang di tanganku
tergenggam dua buah foto usang Bunda dan Oma. Perasaan cintaku pada mereka tak
pernah usang oleh waktu. Cerita masa kecilku pun selalu bersemayam di hatiku.
Aku tersenyum simpul.
“Bunda!”
Aku melihat
seorang wanita dewasa menghampiriku.
Putriku
tercinta.
“Bunda, ayo
masuk, sudah malam, Oma dan Nenek pasti sedang tersenyum di atas sana.” Putriku
mendorong kursi rodaku masuk ke dalam rumah.
Ya, sekarang pun
aku seorang Bunda.
#FF2in1
Inspired by Bunda - Potret
#FF2in1
Inspired by Bunda - Potret
No comments:
Post a Comment