Thursday, September 13, 2012

[FLASH FICTION] Di Bawah Payung Hujan


 
Kopi di cangkir semakin dingin sementara aku masih sibuk memandangi jalanan basah di depan kafe ini. Aku tidak pernah tahu aku tengah menunggui apa. Aku tidak pernah mengerti hal terdalam seperti apa yang tengah aku tunggui. Yang aku tahu aku tengah membayangkan dirimu kembali padaku dan duduk di depanku, bersama-sama berbagi gelak tawa dalam dua cangkir kopi hangat.
Hari itu kamu memintaku untuk selalu mengingatmu meski hanya sebentuk kilasan cahaya di ingatanku. Hari terakhir kita bersua di mana kita berteduh di kafe ini selagi menuggu hujan reda. Tidak ada perasaan terdalam selain perasaan ingin memelukmu, tapi urung terjadi ketika kamu sudah melangkah mundur untuk meninggalkanku. Aku terdiam dalam kesendirian dan kenestapaan.
Kamu tidak pernah mengerti bahwa aku pernah ada di sini. Apakah salah bagiku untuk selalu menunggu cintamu. Apakah salah hingga saat kau tak kembali, aku akan mengenangmu di hati saja?
Aku terus menanyai hujan yang semakin deras. Apakah mungkin kalian bersua di surga sana?
Dari pojok jalan aku seakan melihatmu tengah berjalan goyah di bawah payung dengan sayap tersamar di punggungmu.
Mungkinkah jika aku bermimpi…
Salahkah tuk menanti…

Ana Hening
(179 words) / Inspired by Peter Pan's Yang Terdalam

No comments:

Post a Comment