Thursday, September 20, 2012

[FLASH FICTION] Unconditional Love


Aku menulis ini untuk menyatakan terimakasih padamu alih-alih ucapan selamat tinggal. Mungkin aku sempat memilikimu, dan yah, kamu pun sempat memilikiku. Aku kerap bertanya pada bintang dan bahkan pada awan kelabu, atau sekadar titik air hujan tentang… kamu. Kapan kita akan bertemu kembali? Di mana kita akan kembali bersama? Aku tak hanya sekedar merindu, juga aku tak sekedar ingin memelukmu lembut.
Aku ingin terus berada di sisimu.
“Kamu sudah pernah ada di sini saja sudah cukup.” Itu kataku padamu malam itu.
Aku bohong. Itu bukan kata-kataku sendiri, aku meminjam kata-kata penulis terkenal. Di hatiku aku ingin kamu terus bersamaku, dan menemaniku membawa lampu lilin temaram untuk menerangi langkahku.
Tapi, takdir berkata lain, bagaimana bisa aku akan terus bersamamu? Sementara kamu tidak pernah membalas tatapan mataku. Aku lelah terus mendorongmu dari bawah, dan mencurahkan cintaku hanya demi cinta bertepuk sebelah tangan.
Aku terus menunggu.
Tapi, besok hari pernikahanku.
Akhirnya, aku harus menikah dan meninggalkanmu.
Terimakasih, Melia. Benar katamu, itulah kenapa kamu menolakku bahwa selalu ada akhir dari sebuah pertemuan. Sekarang aku tahu itu.
Aku masih mencintaimu.
 
-ROSA-


No comments:

Post a Comment